Selasa, 16 Maret 2010

Kerusakan Alam

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan krn perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka agar mereka kembali .” . Bumi Indonesia terkoyak. Negeri beribu pulau yg indah permai tiba-tiba menjadi negeri yg kaya akan musibah. Tidak hanya di daratan tidak hanya di lautan di udara pun ada musibah. Ketika hujan tertahan dari langit Indonesia kekeringan. Gunung Kidul Demak Boyolali dan tempat-tempat lain kekurangan air. Petani menjerit. Hujan kemudian turun. Tiba-tiba Bojonegero dan Jakarta banjir bandang. Belum kering luapan banjir pasar Tanah Abang Senen dan permukiman Manggarai kebakaran. Sebuah pemandangan yg tampak ironis. Betapa tidak? api dan air mengamuk bersama di tempat yg berdekatan. Pasar Tanah Abang luluh lantak hancur berkeping-keping. Kerugian ditaksir mencapai triliunan rupiah. Bukan hanya kerugian ekonomi yg diperkirakan dampak sosial psikologis dan keamanan turut menghantui.

Giliran laut “unjuk gigi”. KM Mutiara tenggelam di perairan Sumatera. Kapal karam krn kerusakan mesin. Puluhan korban berhasil dievakuasi. Selebihnya belum diketahui nasib dan rimbanya krn pemerintah memutuskan penghentian pencarian korban. Udara tak ketinggalan. Belum sepi langit Indonesia dari batuk gunung berapi Papandayan Merapi dan muntahan lahar gunung di Menado sebuah heli jatuh di hotel Sahid Jaya Jakarta.

Sebelumnya pesawat jenis cassa jatuh di Kalimantan juga di Jawa Barat tragis dan mengenaskan! Heli yg sedianya mendarat di lantai 22 jatuh berkeping-keping memenuhi kolam renang di lantai 3. Tiga orang tewas seketika termasuk Mayor TNI AU Affandi Malik sang pilot. Ini belum cerita soal tanah longsor gagal panen padi petani gagal panen ikan tambak akibat banjir kecelakaan kereta api dan lain-lain. Demikian musibah datang bertubi-tubi. Anak Bangsa yg memiliki nurani turut prihatin sedih dan pilu.

Namun cukupkah kita tenggelam dalam kesedihan dan kesedihan? Peristiwa demi peristiwa semestinya menjadi bahan introspeksi ada apa dgn musibah? Adakah yg salah dgn diriku masyarakatku pemimpinku? Perhatikan firman Allah yg Maha Kuasa

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan krn perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka agar mereka kembali .” .

Kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah anak manusia. Ibnu Katsir menuliskan makna “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan krn perbuatan tangan manusia..” adl seperti kurangnya panen pada tanaman dan tumbuhan yg disebabkan krn kemaksiatan. Abul ‘Aliyah berkata “Barang siapa bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka sungguh ia telah merusak bumi krn baiknya bumi dan langit adl dgn ketaatan .” Maksiat? maksiat?! Ia menjadi sumber bencana. Karena maksiat barakah tertahan; krn maksiat musibah berdatangan. Padahal umumnya manusia sekarang akrab dgn maksiat. Maksiat tak mengenal kasta. Dari kawula alit hingga birokrat orang miskin hingga orang kaya pinggiran hingga gedongan semua tenggelam dalam maksiat ria. Bahkan kiai pun tak sunyi dari maksiat. Kok? ya tengok rapat MUI Jombang beberapa waktu lalu. Seorang kiai keberatan atas pencekalan Inul alasannya goyangan Inul dalam konteks mencari nafkah. Dan menampakkan aurat krn bekerja adl halal na’udzu billah. Ya ketika syahwat memuncak manusia sering kehilangan akal sehatnya. Pada level pemimpin bangsa maksiat yg mencolok adl mengabaikan amanah baik amanah yg menyangkut hak Allah maupun hak rakyat. Hak Allah yg diabaikan adl hukum-hukum-Nya yg tidak ditunaikan sedangkan hak rakyat yg diabaikan adl hak utk diayomi dilindungi dan disejahterakan. Para pejabat justru mengeksploitasi rakyat bak sapi perahan. Rakyat seperti komoditas yg bernilai jual tinggi. Semua demi syahwat kuasa dan kekayaan baik utk pribadi maupun kelompok. Betapa banyak pejabat menjadi kaya raya yg melampaui gajinya berumah megah bermobil mewah berlaku jetset dan borjuis. Sementara bagi rakyat mencari sesuap nasi sulitnya minta ampun. Untuk makan saja harus “senin-kemis” itu pun masih ditingkahi kenaikan harga yg membubung tinggi. Soal korupsi alamaaak jangan ditanya lagi! Oleh PERC lembaga penelitian yg bermarkas di Hongkong Indonesia bahkan dinobatkan sebagai negara terkorup se-Asia. Sedemikian canggihnya hingga tindak korupsi di Indonesia sulit dibuktikan secara hukum. Tetapi ia seperti kentut baunya terasa tapi wujudnya tak terlihat. Karenanya ketika seorang tokoh menyatakan partainya sebagai terkorup dia kesulitan memberikan bukti materiil meski banyak orang meyakini kebenarannya. Sebab lain datangnya musibah adl hilangnya budaya malu. Level akar rumput masyarakat tenggelam dalam “inulian” joget-joget tari-tarian yg mengumbar aurat dan menganggapnya semua itu sebagai kewajaran. “Gilanya” ketika pro- kontra jogetan erotis merebak sebuah partai besar malah hendak menjadikan si penjoget menjadi maskot. Seolah akhlak moral dan etika tak penting lagi bagai nilai usang yg kolot dan harus direformasi dgn nilai permisif .

Hadis berikut patut dicamkan. Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda “Hai golongan Muhajirin ada lima perkara jika kamu ditimpa atau ia terjadi di lingkunganmu-saya berlindung kepada Allah jika hal itu terdapat di antaramu. Bila suatu kaum melakukan perzinaan secara terang-terangan mereka akan diserang penyakit yg belum pernah dialami oleh nenek moyang mereka. Bila mereka mengurangi timbangan dan takaran mereka akan dihukum dgn kepapaan dan kemiskinan serta kelaliman dari pihak penguasa. Bila mereka enggan membayar zakat harta mereka mereka akan terhalang beroleh hujan dari langit kalaulah bukan krn hewan ternak tiadalah mereka akan pernah diberi hujan. Bila mereka melangar janji Allah dan janji Rasul-Nya mereka akan dijajah musuh dari bangsa lain yg akan merampas sebagian kekayaan mereka. Bila pemimpin mereka tidak menjalankan hukum-hukum yg tertera dalam kitabullah maka silang sengketa akan berkobar di antara mereka.” .

Fenomena sosial ini menghajatkan perubahan. Tentu bukan perkara mudah mewujudkannya. Harapan tinggal tertumpu kepada pemilik nurani yg berpihak kepada kebenaran dan keadilan. Kuncinya sabar dan istiqamah. Tidak lelah dalam menyuarakan seruan moral selirih apa pun suara itu. Dengan harapan seruan itu dapat menghadang laju percepatan kemungkaran krn kemungkaran yg berlarut menjadi sumber bencana. Ketika bencana tiba kadang ia tidak mengenal lagi mana orang baik dan mana orang buruk. Bukankah Rasulullah saw. bersabda “Tidaklah suatu kaum yg kemaksiatan dilakukan di tengah-tengah mereka padahal mereka lbh kuat dan besar jumlahnya dari yg melakukannya namun tidak mengubahnya kecuali Allah timpakan azab utk mereka secara umum.” . Semoga musibah yg menimpa bangsa ini menyadarkan kita utk kembali ke jalan Allah Ta’ala sebagaimana bunyi dari akhir ayat di atas “.. supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka agar mereka kembali .”Wallahu a’lam. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar